![]() |
Pelatih Sabah FA Johnny Dominicus (tengah) dan Dedi Kusnandar (kanan). |
Konate langsung jadi pujaan fans T-Team FC berkat kontribusinya membantu T-Team FC bertahan di Liga Super Malaysia setelah finis di posisi 7 klasemen dan membawa klub berjuluk The Titans itu menembus semifinal Piala Malaysia 2016 sebelum disingkirkan Selangor FA dengan aggregat 1-5.
Sedangkan Spaso mencicipi sukses ganda, selain membantu Melaka United menjadi juara Liga Primer Malaysia sekaligus promosi ke Liga Super Malaysia, penyerang berkebangsaan Montenegro itu juga menyandang gelar sebagai pemain tersubur di Liga Primer Malaysia dengan torehan 24 gol.
Sementara Dedi bersama Sabah FA, di awal musim sempat kurang mendapatkan perhatian dari pelatih Vjeran Simunic. Dedi pun mesti mengalami situasi dimana Sabah harus berjuang keras melepaskan diri dari ancaman degradasi ke Liga FAM.
Baca juga: Persib Datang, Persija Siap-siap Meraup Rupiah
Potensi Dedi bisa dikatakan baru mulai terlihat ketika klub berjuluk Rhinos atau Badak tersebut memecat Simunic dan menunjuk Johnny Dominicus sebagai pelatih pengganti akibat anjloknya prestasi Sabah. Tanda-tanda buruknya performa Sabah FA sudah terlihat di empat laga awal yang selalu berakhir dengan kekalahan. Sabah akhirnya bisa menyelamatkan diri dari jurang degradasi.
Prestasi agak 'mendingan' diperlihatkan Sabah FA di FA Cup Malaysia. Badak Sabah bisa melenggang hingga perempatfinal sebelum kemudian disingkirkan oleh Kedah FA dengan aggregat 2-3.
Banyaknya masalah yang menghinggapi Sabah FA sepanjang musim 2016, cukup memengaruhi pencapaian akhir tim. Perubahan materi pemain setelah paruh musim pun tak terlalu membantu. Itu diakui oleh Pelatih Sabah FA Johnny Dominicus.
Keputusan mengikat striker asal Bosnia Muamer Salibasic dan gelandang asal Brasil Everton Souza Santos untuk menggantikan dua pemain asing sebelumnya Marco Tulio dan Prince Tochukwu Nnake, bagi Johnny terasa sia-sia karena keduanya tak jarang dihantam cedera.
"Musim ini kontribusi pemain impor kurang. Muamer Salibasic mengalami cedera berkepanjangan disaat Everton Souza Santos tidak mampu beraksi 100 persen, juga karena cedera," ujar Johnny seperti dilansir Stadium Astro.
Hanya Dedi yang berstatus pemain asing Asia dan Igor Cerina (Paraguay) yang bisa dikatakan konsisten. "Kami hanya bergantung kepada dua pemain impor, Igor Cerina dan Dedi Kusnandar. Ini jadi salah satu kelemahan kami musim ini," ungkapnya.
Badak Sabah mengakhiri musim 2016 dengan finis di posisi sembilan atau hanya dua tingat di atas zona degradasi dengan mengoleksi 20 poin, hasil dari lima kali menang, lima kali imbang dan sembilan kali kalah.
Hasil tersebut jauh dari harapan manajemen dan fans karena di awal musim, pengurus klub menjanjikan tiket promosi ke Liga Super Malaysia dan jatah tiket tampil di Piala Malaysia, salah satu kompetisi tertua yang masih 'dikeramatkan' meski kastanya ada di bawah Liga Super Malaysia.
Bagi Dado -sapaan Dedi- sendiri saat ini adalah masa-masa dimana dia harus menentukan kelanjutan karier sepak bolanya. Meski mengklaim ada tawaran perpanjangan kontrak dari Sabah, namun Dedi kabarnya cenderung bakal kembali ke Indonesia dan Persib Bandung disebut-sebut sebagai klub yang paling siap menampungnya.(*)
No comments:
Post a Comment